Translate

ABOUT

Ekottara Agama
kottara (atau Ekottarika) Āgama merupakan nama umum dari sebuah koleksi teks tradisional (āgama) yang terdapat dalam Sūtra Piṭaka. Istilah ekottara (= eka + uttara) berarti ‘peningkatan satu [demi satu]’ (Cn. 增一). Ekottara Āgama menguraikan topik-topik Dharma yang disusun dalam kelompok-kelompok (Pāli: nipāta) bertingkat secara numeris. Jadi, sūtra-sūtra dalam Kelompok Satu masing-masing hanya memiliki satu bahasan tunggal; Kelompok Dua mencakup sūtra-sūtra yang membahas topik yang berpasangan; Kelompok Tiga mencakup sūtra-sūtra yang membahas tiga hal; dst.

Legenda menyebutkan bahwa Ekottara Āgama pada mulanya memuat hingga seratus kelompok. Seiring dengan perjalanan waktu, kebanyakan isinya punah, dan hanya menyisakan sebelas (atau sepuluh) kelompok saja. *Puṇyavibhaṅga Śāstra 《分別功德論》 (‘Śāstra tentang Pemilahan Jasa-Jasa’, T. vol. 25, № 1507 hlm. 34a), yang tidak diketahui pengarang/penerjemahnya, namun telah tercantum dalam Dokumen Dinasti Han Belakang (Hou Han Shu 《後漢書》), misalnya, menceritakan:

此經本有百事。阿難優多羅增一阿含出。
Teks ini aslinya terdiri atas 100 kelompok (事, vastu?). Ānanda mempercayakannya kepada Uttara, dan muncullah apa yang disebut Ekottara Āgama.

經後十二年,阿難便般涅槃。時,諸比丘各習坐禪,不復誦習,云:「佛有三業,坐禪第一。」
Setelah lewat dua belas tahun, Ānanda pun parinirvāṇa. Pada saat itu bhikṣu-bhikṣu terbiasa duduk bermeditasi dan tidak lagi melakukan pelafalan. Kata mereka: “Di antara ketiga aktivitas Buddha, duduk bermeditasilah yang terunggul.”

遂各廢諷誦,經十二年。優多羅比丘復般涅槃。由是此經失九十事。
Selepas masing-masing mengabaikan pelafalan, dua belas tahun lagi berlalu. Bhikṣu Uttara akhirnya juga parinirvāṇa. Mulai saat itulah teks ini kehilangan 90 kelompoknya.

外國法,師徒相傳,以口授相付,不聽載文。
Di luar negeri merupakan suatu kebiasaan bahwa transmisi dari guru ke murid diturunkan secara lisan, dan tidak diizinkan untuk mencatatnya.

時所傳者,盡十一事而已。自爾相承,正有今現文耳。
Yang ditransmisikan saat itu tinggal 11 kelompok saja. Sejak itu turun-temurun, yang benar-benar ada hanyalah teks seperti yang sekarang ini. 

Selanjutnya (hlm. 34b):

Ekottara Agama
Nama-nama dengan (*) merupakan rekonstruksi.
時,優多羅弟子名善覺,從師受誦增一,正得十一事,優多羅便般涅槃。
Pada waktu siswa Bhikṣu Uttara yang bernama *Subuddhi menerima transmisi pelafalan Ekottara dari gurunya, tepat ketika ia memperoleh 11 kelompok, Uttara pun parinirvāṇa.

外國今現三藏者,盡善覺所傳,師徒相授,于今不替。
[Teks] yang kini terdapat dalam Tripiṭaka di luar negeri sepenuhnya merupakan transmisi dari *Subuddhi, diwariskan dari guru ke murid, hingga sekarang tidak terselang.

Walau demikian, berbagai mazhab Buddhisme telah melakukan redaksi masing-masing untuk mengelompokkan sūtra-sūtra yang dimuat dalam Ekottara Āgama. Dari beragam versi Ekottara yang pernah ada, koleksi-koleksi yang terlestarikan hingga hari ini adalah: (1) Aṅguttara Nikāya dari Kanon Pāli, serta (2) Tsêng-i a-han ching 《增壹阿含經》 dari Kanon Tionghoa (yang dalam edisi Taishō menempati № 125). Selain itu, ada juga teks (3) Ch’i-ch’u san-kuan ching 《七處三觀經》 (T. № 150A) yang tersusun dalam kelompok-kelompok bertingkat secara numeris, kendati tidak lengkap (hanya berisi 47 sūtra). Kita dapat pula menjumpai beberapa sūtra lepas (T. № 126–149) yang merupakan bagian dari Ekottara Āgama. Pada Kangyur Tibet pun terdapat terjemahan beberapa sūtra yang tergolong dalam Ekottara. Manuskrip-manuskrip Sanskerta yang memuat fragmen-fragmen Ekottara ditemukan di Gilgit, di Turkistan Timur, dll.

1. Aṅguttara Nikāya

Koleksi Ekottara dalam Kanon Pāli disebut Aṅguttara (= aṅga + uttara), yang berarti ‘peningkatan anggota [demi anggota]’. Nama ini lebih disukai oleh kaum Theravādin, seperti juga istilah nikāya yang digunakan untuk menyebut koleksi sutta-sutta mereka. Akan tetapi, bentuk Aṅguttarāgama dikenal juga dalam pembukaan kitab Manorathapūraṇī, yang merupakan komentar (aṭṭhakathā) atas Aṅguttara Nikāya. Empat āgama disinggung di sana (esa catunnampi āgamānañhi) alih-alih empat nikāya. Dalam bagian terakhir kitab Milindapañha sub-pertanyaan ke-30, “Cakkavattiṅga Pañha” (Tentang Cakkavatti), bahkan digunakan istilah Ekuttara Nikāya yang mulia (ekuttaranikāyavare). Begitu pula Peṭakopadesa bab I mengutip sutta-sutta dari Ekuttarika (ekuttarike suttaṃ).

Aṅguttara Nikāya memiliki 11 kelompok (nipāta). Berapa jumlah keseluruhan sutta yang dikandungnya sukar dipastikan. Batas antara sutta seringkali tidak jelas. Banyak sutta yang diulang-ulang dengan membabarkannya kembali kepada pendengar berbeda, atau memvariasikan subjek yang dibahas sementara selebihnya tetap (misalnya: pada sutta pertama dinyatakan bahwa rupa seorang wanita membuat hati seorang pria tergila-gila; sutta kedua secara persis mengulangi keseluruhan sutta pertama, kecuali kata “rupa” diganti dengan “suara”; sutta ketiga, keempat, dan kelima pun demikian, secara berturut-turut mengganti dengan “wangi”, “rasa”, dan “sentuhan”). Biasanya ulangan tidak dituliskan penuh, tetapi hanya dinyatakan dalam keterangan tentang apa yang diganti. Ulangan-ulangan inilah yang melipatgandakan jumlah sutta — secara tradisional diberikan angka yang fantastis, yakni 9557 sutta. Di akhir Aṅguttara Nikāya disebutkan:

Nava suttasahassāni
bhīyo pañcasatāni ca,
Sattapaññāsasuttāni
Aṅguttarasamāyutā ’ti.

Terjemahan Samantapāsādikā Tionghoa 《善見律毘婆沙》 bab I (T. vol 24, № 1462 hlm. 676a) juga menyebutkan hal yang sama:

九千五百五十七脩多羅,悉入鴦掘多羅
Sembilan ribu lima ratus lima puluh tujuh sūtra, semuanya dimasukkan ke Aṅguttara.

Beberapa usaha penghitungan jumlah sutta dasarnya pernah dilakukan, dan hanya didapatkan total 2198, 2203, 2308, 2344, atau 2363. (Penjabaran dengan menyertakan ulangan-ulangannya, yang sudah dicoba, juga paling-paling menghasilkan total 8777 sutta.) Edisi-edisi Tipiṭaka yang berbeda membagi Aṅguttara Nikāya ke vagga-vagga dalam jumlah yang berbeda: 170, 171, 175, atau 186 tergantung cara menghitungnya.

Aṅguttara Nikāya baru mencapai bentuk finalnya jauh berabad-abad sesudah Buddha parinirvāṇa. Beberapa bagiannya merupakan tambahan-tambahan belakangan, misalnya sutta terakhir dari “Muṇḍarāja Vagga” (Kelompok Lima) yang dibabarkan oleh Āyasmant Nārada kepada Raja Muṇḍa. Kita tahu bahwa Buddha telah parinirvāṇa semasa Raja Ajātaśatru bertakhta. Ajātaśatru kemudian digantikan oleh putranya, Udāyibhadra, yang selanjutnya digantikan oleh Muṇḍa.

2. Tsêng-i a-han ching 《增壹阿含經》

Edisi Taishō, yang menggunakan teks Tripiṭaka Korea sebagai basis, menyatakan bahwa Tsêng-i a-han ching diterjemahkan oleh Gautama Saṅghadeva. Akan tetapi, Tripiṭaka-Tripiṭaka yang diterbitkan di Tiongkok (edisi Sung, Yüan, Ming, dan Lung-tsang) secara tepat selalu mencantumkan penerjemahnya ialah Dharmanandi. Pendapat yang menganggap bahwa pernah ada dua terjemahan Ekottara dalam bahasa Cina (satu oleh Dharmanandi dan satu lagi oleh Saṅghadeva) dapat dibuktikan keliru. Saṅghadeva hanya melakukan perbaikan/revisi terjemahan Dharmanandi, dan tidak membuat terjemahan baru.

Tsêng-i a-han ching, yang akan kita bahas dalam situs ini, memiliki 11 kelompok dan berisi 472 sūtra yang dibagi ke 52 varga. Pada berbagai edisi Tripiṭaka biasanya dicetak dalam 50 atau 51 jilid (chüan 卷, secara harfiah berarti ‘gulungan’). Akan tetapi, katalog-katalog lama mengatakan bahwa teks ini tertulis dalam 33 (34) jilid atau 41 (42) jilid sebelum direvisi.

Belum dapat dipastikan dari kanon mazhab mana Tsêng-i a-han ching kita diterjemahkan. Yang jelas teks ini merupakan sebuah versi Ekottara dalam 25.000 śloka. Śloka adalah bentuk puisi Sanskerta yang terdiri atas 4 baris, di mana masing-masing baris memiliki 8 sukukata. Jadi, dalam satu śloka ada 32 sukukata, dan angka ini biasanya digunakan sebagai unit untuk menghitung panjang suatu teks, meskipun teks itu berupa prosa. Kolofon di akhir teks kita (terdapat dalam berbagai edisi Tripiṭaka yang diterbitkan di Tiongkok, namun hilang pada edisi Korea) berbunyi:

增壹阿含十一法竟,二十五萬首盧,其有八十萬言,五百五十五“聞如是,一時”也。
Akhir [Kelompok] Sebelas Dharma dari Ekottara Āgama dalam 25.000 śloka.
Teks ini terdiri atas 800.000 sukukata (= 25.000 × 32) dan 555 buah “Demikianlah yang telah kudengar: pada suatu ketika” dst.

Dalam prakatanya atas Dīrgha Āgama (lihat jilid 9 dari katalog Ch’u san-tsang chi chi 《出三藏記集》, T. vol. 55, № 2145 hlm. 63b), Sêng-chao 僧肇 mengatakan bahwa “Ekottara Āgama dibagi menjadi empat bagian (bhāga) berupa delapan bacaan (bhāṇavāra)” untuk keperluan pendarasan (增壹阿含四分八誦). Terdapat residu dalam teks kita (di awal Kelompok Sebelas, setelah subjudul varga XLIX) yang mengindikasikan bhāṇavāra terakhir atau ke-8, yaitu Bacaan Khusus dari Bagian Keempat 第四分別誦. Tetapi, bagaimana pembagian atas sisa teks selebihnya tidaklah kita ketahui.

Editor Taishō juga menambahkan Prakata atas Ekottara Āgama 《增壹阿含經序》 karangan Śramaṇa Shih Tao-an 釋道安 di awal teks (T. vol. 2, hlm. 549a) sebagaimana biasa terdapat dalam berbagai edisi Tripiṭaka terbitan Tiongkok. Ini merupakan duplikasi dari yang termuat dalam katalog Ch’u san-tsang chi chi (T. vol. 55, hlm. 64a), sehingga pada Tsêng-i a-han ching edisi Korea sebetulnya ditiadakan. Prakata ini mengandung informasi penting tentang sejarah penerjemahan Ekottara Āgama ke bahasa Tionghoa.

Hanya kurang dari sepertiga teks Tsêng-i a-han ching yang memiliki padanan dengan Aṅguttara Nikāya Pāli.

3. Ch’i-ch’u san-kuan ching 《七處三觀經》

Judul yang berarti ‘Sūtra tentang Tujuh Pokok (Sthāna) dan Tiga Pengamatan (Upaparīkṣā)’ ini sebenarnya hanyalah nama dari sūtra pertama koleksi ini, yang berpadanan dengan sutta ke-57 (Sattaṭṭhāna) dalam “Khandha Saṃyutta”, yakni Saṃyutta Nikāya Pāli XXI (atau XXII) vagga 2-1: 5. Nama tersebut belakangan digunakan sebagai judul bagi keseluruhan koleksi yang terdiri atas 47 sūtra ini.

Pada Tripiṭaka edisi Korea (yang menjadi dasar teks Taishō) koleksi ini hanya dicetak dalam satu jilid. Namun, edisi-edisi terbitan Tiongkok masih mempertahankan pembagian dua jilid sebagaimana yang disebutkan katalog-katalog lama. Urutan isi Ch’i-ch’u san-kuan ching juga kurang teratur. Berikut ini disajikan susunan sesuai edisi-edisi terbitan Tiongkok. Sūtra-sūtra #31—#47 (mengikuti penomoran Taishō) diletakkan setelah #3, dan membentuk jilid pertama. Sedangkan sūtra-sūtra #4—#30 membentuk jilid kedua.

JILID I

Tidak terkelompokkan: 
#1 (yakni, Sūtra tentang Tujuh Pokok dan Tiga Pengamatan), #2, #3, #31 《佛説九横》.
Kelompok Dua (9 sūtra): 
#32, #33, #34, #35, #36, #37, #38, #39, #40.
Kelompok Tiga (6 sūtra): 
#41, #42, #43, #44, #45, #46.
Kelompok Empat (11 sūtra): 
#47.

JILID II

Lanjutan Kelompok Empat:
#4, #5, #6, #7, #8, #9, #10, #11, #12, #13.
Kelompok Lima (14 sūtra): 
#14, #15, #16, #17, #18, #19, #20, #21, #22, #24, #25, #26, #27.
Kelompok Enam (1 sūtra): 
#28.
Kelompok Delapan (hanya paragraf pendek yang tidak dinomori tersendiri oleh editor Taishō, dan dianggap akhir dari #28):
「瘡有八輩:一、為疑瘡,二、為愛瘡,三、為貪瘡,四、為瞋恚瘡,五、為癡瘡,六、為憍慢瘡,七、為邪瘡,八、為生死瘡。」
Kelompok Sembilan (1 sūtra):
#29.
Penutup:
#30 《佛說積骨經》.

Dengan memindahkan sūtra-sūtra #31—#47 ke akhir teks, edisi Korea di satu sisi berhasil merangkaikan #2 dan #3 (masing-masing membahas tiga dharma) dengan Kelompok Empat (#4—#13) dst. Namun, di sisi lain, walaupun #31 (yang membahas sembilan dharma) berdekatan dengan #29 sekarang, #30 yang terletak di antaranya menjadi kendala sebab bukan merupakan bagian Kelompok Sembilan. Juga terdapat kesulitan setelah #31 karena topik yang dibahas turun kembali ke dua dharma (#32—#40) — suatu hal yang bertentangan dengan prinsip ekottara — lalu berangsur-angsur naik menjadi tiga (#41—#46), dan berakhir pada empat dharma (#47).

Penjelasan lain lagi diajukan. Dalam jilid 2 Ch’u san-tsang chi chi 《出三藏記集》 (‘Kumpulan Catatan [Teks-Teks] yang Telah Diterjemahkan dari Tripiṭaka’, T. vol. 55, № 2145 hlm. 6a), salah satu katalog yang masih lestari yang paling tua usianya, tercatat:

《七處三觀經》,二卷。 Ch’i-ch’u san-kuan ching, 2 jilid.
《九横經》,一卷。   Chiu-hêng ching, 1 jilid.
《八正道經》,一卷。  Pa chêng-tao ching, 1 jilid.
公云:上三經,出雜阿含中。)
(Bhadanta [Tao] An mengatakan: Ketiga sūtra di atas bersumber dari Saṃyukta Āgama.)

Dapat kita lihat, sewaktu katalog yang disusun oleh Sêng-yu 僧祐 (445–518) ini terbit, Ch’i-ch’u san-kuan ching sudah dikenal dalam bentuk 2 jilid. Memang benar, selain dengan Sattaṭṭhāna Sutta yang disebutkan di atas, Sūtra tentang Tujuh Pokok dan Tiga Pengamatan juga berpadanan dengan sūtra ke-10 dari varga II Saṃyukta Āgama Tionghoa, Tsa a-han ching 《雜阿含經》 (T. № 99). Sūtra terakhir dari koleksi pendek 27 sūtra (T. № 101), yang sama-sama memakai judul Tsa a-han ching 《雜阿含經》, pun merupakan padanannya.

Lalu mengapakah sūtra yang tergolong dalam Saṃyukta ini di kemudian hari digabungkan dengan sūtra-sūtra lain, dan membentuk suatu koleksi Ekottara? Dalam Tsêng-i a-han ching (T. vol. 2, № 125 hlm. 745b) rupanya dapat kita jumpai lagi padanan lainnya, yaitu sūtra ke-3 dari varga XLI (莫畏品). Jadi, dalam kanon mazhab tertentu sūtra ini termasuk dalam Saṃyukta, sedangkan dalam kanon mazhab lainnya memang termasuk Ekottara.

Dari manakah sisa sūtra-sūtra lain dalam Ch’i-ch’u san-kuan ching berasal? Sêng-yu menyebutkan bahwa pernah terdapat sebuah terjemahan Aneka Sūtra dalam 44 Seksi yang pada zamannya juga telah hilang:

《雜經四十四篇》,二卷。 Tsa-ching szŭ-shih-szŭ p’ien, 2 jilid.
公云:出增一阿含。既不標,未詳何經。今闕。)
(Bhadanta An mengatakan: Sumbernya dari Ekottara Āgama. Sudah tidak tercantum, dan belum diteliti sūtra apakah [sebenarnya ini]. Kini punah.)

Selain Sūtra tentang Tujuh Pokok dan Tiga Pengamatan (#1), dalam koleksi Ch’i-ch’u san-kuan ching terdapat dua sūtra lain yang juga berjudul, yakni [Sūtra] tentang Sembilan [Kematian] Tidak-Wajar 《佛説九横(經)》 (#31) serta Sūtra tentang Tumpukan Tulang 《佛說積骨經》 (#30). Apabila ketiga sūtra yang “problematis” ini disingkirkan, maka akan kita dapati sisa 44 sūtra yang membahas dharma secara numeris dan dapat benar-benar dikelompokkan bertingkat. Sebagian orang berpendapat inilah Tsa-ching szŭ-shih-szŭ p’ien yang lama dinyatakan hilang, padahal sesungguhnya telah disatukan ke dalam Ch’i-ch’u san-kuan ching.

An Shih-kao dinyatakan sebagai penerjemah Ch’i-ch’u san-kuan ching maupun Tsa-ching szŭ-shih-szŭ p’ien menurut Ch’u san-tsang chi chi (hlm. 6b) selanjutnya. Pernyataan ini diikuti oleh katalog-katalog yang disusun sesudahnya serta berbagai edisi Tripiṭaka hingga sekarang:

右三十四部,凡四十卷,漢桓帝時,安息國沙門安世高所譯出。其四諦口解十四意九十八結——公云世高撰也。
Tiga puluh empat teks di atas, yang meliputi 40 jilid, diterjemahkan pada masa Kaisar Han Huan-ti (146–168) oleh Śramaṇa An Shih-kao dari negeri An-hsi (Parthia). Di dalamnya [Sutra tentang] Empat Kebenaran 《四諦經》, Penjelasan Lisan [atas Dua Belas Pratītya Samutpāda dalam Āgama] 《阿含口解十二因緣經》, [Sutra tentang] Empat Belas Pikiran [Bodhisattva] 《菩薩十四意經》, [Abhidharma dalam] Sembilan Puluh Delapan Grantha 《阿毘曇九十八結經》 — menurut Bhadanta An — sepertinya merupakan karya Shih-kao sendiri.

Informasi tambahan dari jilid 4 Li-tai San-pao chi 《歷代三寶紀》 (‘Tawarikh Sejarah Triratna Sepanjang Era’, T. vol. 49, № 2034 hlm. 50a): 

《雜四十四篇經》,二卷。 Tsa szŭ-shih-szŭ p’ien ching, 2 jilid.
(或云《雜經四十四篇》。既不顯名,未知何經。道安云:出增一阿含僧祐錄載。)
(Atau disebut juga Tsa-ching szŭ-shih-szŭ p’ien. Nama ini sudah tidak nampak [di antara judul berbagai teks terjemahan yang ada sekarang], dan belum diketahui sūtra apakah [sebenarnya ini]. Tao-an mengatakan: Sumbernya dari Ekottara Āgama. Tercantum dalam rekaman Sêng-yu.)

七處三觀經》,二卷。 Ch’i-ch’u san-kuan ching, 2 jilid.
元嘉元年譯。見朱士行《漢錄》。道安云:出雜阿含。見僧祐錄,同。)
(Diterjemahkan pada tahun pertama Yüan-chia [151 M]. Lihat Rekaman Dinasti Han karangan Chu Shih-hêng. Tao-an mengatakan: Sumbernya dari Saṃyukta Āgama. Lihat rekaman Sêng-yu, sama [seperti entri di atas].)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar