Teks kita diawali dengan mengatakan Buddha berada di Magadha. Namun, lanjutannya 神祇恒水側 (‘di sisi Sungai Gaṅgā Dewata’?) agak kurang jelas. Kita yakin terjadi salah-salin karakter 神 selama berabad-abad, yang seharusnya adalah 拔. Dengan demikian frase ini akan terbaca 拔祇恒水側 (‘di Sungai Gaṅgā yang bersisian dengan [Negeri] Vṛji’). Gopālaka Sutta lebih mendetail dalam memberikan lokasi pembabarannya: di tepi Sungai Gaṅgā di Ukkācelā di antara orang-orang Vajji. Jadi, menurut sutta ini Buddha berkhotbah di wilayah Vajji, sementara dalam teks kita Beliau berkhotbah di seberangnya, di wilayah Magadha.
Bukan hanya lokasi pembabaran yang berseberangan, perumpamaan di dalam teks kita tampaknya juga semula dipergunakan untuk maksud berbeda. Teks kita memperlihatkan jejak penulisan-ulang. Gembala yang buruk dan gembala yang baik masing-masing mengumpamaï guru-guru yang sesat dan benar. Tetapi, siapakah mereka?
Guru-guru yang sesat menurut Gopālaka Sutta ialah para samaṇa dan brāhmaṇa non-Buddhis yang, apabila diyakini, akan membawa kepada kemudaratan dan penderitaan (ahitāya dukkhāya). Sedangkan guru yang benar tidak lain ialah Buddha yang, apabila diyakini, akan membawa kepada kemanfaatan dan kebahagiaan (hitāya sukhāya).
Menurut bagian awal teks kita, guru-guru yang sesat ialah “bhikṣu-bhikṣu” dalam saṅgha Sang Buddha juga: mereka yang tidak membiasakan diri dalam ajaran Śīla, terperdaya oleh Māra, bahkan menjerumuskan orang lain ke dalam kesesatan. Sedangkan guru yang benar ialah mereka yang dengan merdeka berkelana dan mentransformasikan makhluk lain (ke dalam Dharma) karena telah mengakhiri segala kebocoran (āsrava). Dengan kata lain, gembala yang baik mengumpamaï arhat di sini. Tiga golongan sapi mengumpamaï tiga jenis pribadi suci berikutnya, dan pedet-pedet mengumpamaï srotāpatti-pratipannaka.
Hanya lima subjek ini yang dibahas Sūtra tentang Gembala Sapi pada mulanya. Secara tiba-tiba di bagian akhir, gembala yang buruk bergeser tafsirnya menjadi para brahmaṇa [dan śramaṇa] non-Buddhis, sedangkan gembala yang baik menjadi Buddha sendiri. Kompilator teks kemudian kurang berhasil menyisipkan kembali Buddha sebagai subjek ke bagian awal. Perumpamaan gembala yang baik di bagian awal jadi bermakna ganda: untuk Buddha dan para arhat.
Kompilator Gopālaka Sutta mengatasi permasalahan ini dengan menambahkan golongan sapi keempat: bapa-bapa sapi (gopitara). Namun, karena gembala yang baik kini ditempati oleh Buddha saja, maka gembala yang buruk, sebagai lawannya, hanya bisa dimaknaï para samaṇa dan brāhmaṇa non-Buddhis. Untuk perbandingan, silakan lihat tabel berikut.
《牧牛經》
聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:
一時,佛在摩竭國,拔祇恒水側,與大比丘眾,五百人俱。
Pada suatu ketika Buddha berada di Magadha, di Sungai Gaṅgā yang bersisian dengan Negeri Vṛji, bersama dengan sekumpulan besar bhikṣu yang berjumlah 500 orang.
爾時,世尊告諸比丘:「猶如摩竭牧牛人愚惑少智,意欲從恒水此岸,度牛至彼岸。亦復不觀彼此之岸深淺之處,便駈牛入水。
Pada saat itu Bhagavan bersabda kepada para bhikṣu: “Misalkanlah gembala sapi dari Magadha yang bodoh dan sedikit pengetahuan. Ia bermaksud hendak menyeberangkan sapi-sapinya dari pantai sini ke pantai sana Sungai Gaṅgā. Pun lagi, tidak diamatinya tempat yang dalam atau dangkal di pantai sini dan sana, malah langsung digiringnya sapi-sapinya masuk air.
先度瘦者,又犢尚小。
Terlebih dahulu diseberangkannya yang kurus, yang masih pedet lagi kecil.
在水中央,極為羸劣,不能得至彼岸。
Maka di tengah air mereka keletihan dan teramat lemah sehingga tidak sanggup sampai ke pantai sana.
復次!度中流之牛,不肥不瘦。
Selanjutnya lagi, diseberangkannya sapi-sapi yang sedang perawakannya, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
亦不得度,於中受其苦惱。
Mereka pun tidak dapat menyeberang, bahkan menanggung derita di tengah-tengah.
次復!度極有力者。
Selanjutnya lagi, diseberangkannya yang teramat berkekuatan.
亦在水中,受其困厄。
Dan di tengah air pun mereka mesti mengalami susah-payah.
「今我眾中比丘亦復如是。心意闇鈍,無有慧明,不別生死徑,不別魔橋船。
“Kini, para bhikṣu di tengah saṅgha-Ku juga demikian. Dengan batin yang gelap dan pikiran yang tumpul, tanpa terang kebijaksanaan mereka tidak memperbedakan jalur saṃsāra, tidak memperbedakan jembatan dan perahu Māra.
意欲度生死之流,不習於禁戒之法,便為波旬得其便也。
Bermaksud hendak menyeberangi arus saṃsāra, mereka tidak membiasakan diri dalam ajaran Śīla, malah terperdaya oleh Pāpīmān (‘si Jahat’).
從邪道求於涅槃,望得滅度,終不果獲。
Mengikuti jalan yang sesat dalam mencari Nirvāṇa, walau berharap memperoleh Pemadaman, pada akhirnya mereka takkan memperoleh Buah.
自造罪業,復墮他人著罪中。
Bukan hanya diri sendiri yang melakukan perbuatan salah, orang lain pun mereka jerumuskan ke dalam kesalahan.
「猶摩竭牧牛人黠慧多智,意欲度牛至彼岸。彼此之岸,先觀察深淺之處。
“Misalkanlah gembala sapi dari Magadha yang bijaksana dan banyak pengetahuan. Ia bermaksud hendak menyeberangkan sapi-sapinya ke pantai sana. Di pantai sini dan sana terlebih dahulu diamatinya dan diperiksaïnya tempat yang dalam dan dangkal.
前度極盛力牛到彼岸。
Sebelumnya, diseberangkannya sapi-sapi yang teramat berkekuatan sampai ke pantai sana.
次度中流之牛,不肥不瘦。
Selanjutnya, diseberangkannya sapi-sapi yang sedang perawakannya, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus.
亦得度至彼岸。
Mereka pun dapat menyeberang sampai ke pantai sana.
次度極羸者。
Selanjutnya, diseberangkannya yang teramat lemah.
亦度無他。
Mereka pun dengan selamat menyeberang tanpa bahaya.
小犢尋從其後,而濟度無為。
Pedet-pedet kecil mengikuti di belakangnya, dan dibantunya menyeberang tanpa perlu berjerih.
「比丘。如來亦復如是。善察今世、後世,觀生死海、魔之徑路。
“Para bhikṣu, Tathāgata juga demikian. Diperiksaï-Nya secara baik dunia sekarang dan dunia akan datang, diamati-Nya laütan saṃsāra dan jalur Māra.
自以八正道,度生死難;復以此道,度不度者。
Dengan Jalan Tepat Berunsur Delapan, Ia sendiri menyeberangi kesukaran saṃsāra; juga dengan Jalan ini diseberangkan-Nya yang belum terseberangkan.
「猶如導牛之正——一正,餘者悉從——我弟子亦復如是。盡有漏成無漏,心解脫、智慧解脫,於現法中以身作證而自遊化,度魔境界至無為處。
“Seperti ketepatan seorang pengangon sapi — satu yang tepat, sisanya mengikuti semua — para siswa-Ku juga demikian. Mengakhiri segala kebocoran (āsrava) menjadi tanpa-kebocoran (anāsrava), terbebaskan secara batiniah (cetovimukta) dan terbebaskan melalui kebijaksanaan (prajñāvimukta), dalam kehidupan sekarang juga (dṛṣṭadhārmika) mereka menjadi saksi badani (kāyasākṣin) yang merdeka berkelana dan merubah, menyeberangi wilayah Māra menuju Yang Tak Terkondisi.
「亦如彼有力之牛度彼恒水得至彼岸,我聲聞亦復如是。斷五下結,成阿那含,於彼般涅槃,不還來世間,度魔境界至無為處。
“Pun bagaikan sapi-sapi berkekuatan yang menyeberangi Sungai Gaṅgā dan dapat sampai ke pantai sana, para śrāvaka-Ku juga demikian. Memotong lima belenggu rendah (pañca avarabhāgīya saṃyojanāni), mereka menjadi anāgāmin yang akan parinirvāṇa di sana, takkan kembali datang ke dunia, menyeberangi wilayah Māra menuju Yang Tak Terkondisi.
「如彼中流之牛,不肥不瘦,得度恒水而無疑難。我弟子亦復如是。斷三結使,婬、怒、癡薄,成斯陀含,來生此世盡於苦際,斷魔境界至無為處。
“Bagaikan sapi-sapi yang sedang perawakannya, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, dapat menyeberangi Sungai Gaṅgā tanpa ragu dengan kesukaran, para siswa-Ku juga demikian. Memotong tiga belenggu [terendah], menipiskan nafsu, kebencian, dan kebodohan, mereka menjadi sakṛdāgāmin yang datang terlahir ke dunia ini [sekali lagi] untuk mengakhirkan batas penderitaan, memotong wilayah Māra menuju Yang Tak Terkondisi.
「如彼瘦牛,將諸小犢,得度恒水,我弟子亦復如是。斷三結使,成須陀洹,必至得度,度魔境界,度生死之難。
“Bagaikan sapi-sapi kurus, yang memimpin pedet-pedet kecil, dapat menyeberangi Sungai Gaṅgā, para siswa-Ku juga demikian. Memotong tiga belenggu [terendah], mereka menjadi srotāpanna yang tentu akan dapat terseberangkan: menyeberangi wilayah Māra, menyeberangi kesukaran saṃsāra.
「如彼小犢,隨從母度,我弟子亦復如是。持信、奉法,斷魔諸縛,至無為處。」
“Bagaikan pedet-pedet kecil, yang menyeberang dengan mengikuti induknya, para siswa-Ku juga demikian. Sebagai pemegang keyakinan (śraddhānusārin) dan penjunjung Dharma (dharmānusārin), mereka memotong segala ikatan Māra (mārabandhana) menuju Yang Tak Terkondisi.”
爾時,世尊便說此偈:
Pada saat itu Bhagavan mengucapkan gāthā berikut:
「魔王所應獲 不究生死邊
如來今究竟 世間現慧明
諸佛所覺了 梵志不明曉
猶涉生死岸 兼度未度者
今此五種人 及餘不可計
欲度生死難 盡佛威神力」
“Apa yang semestinya diperoleh Raja Māra
yang tidak menjangkau tepi saṃsāra,
kini telah dijangkau oleh Tathāgata
yang menampilkan terang kebijaksanaan ke dunia.
Apa yang diinsafi oleh para Buddha
tidak terang diketahui para brāhmaṇa [dan śramaṇa].
Ibarat mengarung [dari dan ke] pantai saṃsāra,
Mereka seberangkan yang belum terseberangkan.
Kini, kelima jenis pribadi ini
dan sisanya yang tak terkira,
yang hendak menyeberangi kesukaran saṃsāra,
sepenuhnya di bawah kekuatan perbawa Buddha.”
「是故!比丘。當專其心,無放逸行;亦求方便,成賢聖八品之道。依賢聖道已,便能自度生死之海。
“Oleh sebab itu, para bhikṣu, pusatkanlah batin dan jangan lengah; berupayalah agar berhasil dalam Jalan Berunsur Delapan dari para suci (ārya). Setelah bersandar pada Jalan para suci, sangguplah kalian menyeberangi sendiri lautan saṃsāra.
所以然者?猶如彼愚牧牛之人,外道梵志是也;自溺生死之流,復墮他人著罪中。彼恒水者,即是生死海也。彼黠慧牧牛者,如來是也;度生死難,由賢聖八品道。
Mengapa demikian? Ibaratnya gembala sapi yang bodoh ialah para brāhmaṇa [dan śramaṇa] non-Buddhis; mereka sendiri tenggelam dalam arus saṃsāra, pun menjerumuskan orang lain ke dalam kesalahan. Sungai Gaṅgā itu ialah laütan saṃsāra. Gembala sapi yang bijaksana ialah Tathāgata; Ia menyeberangi kesukaran saṃsāra berkat Jalan Berunsur Delapan dari para suci.
是故!比丘。當求方便,成八聖道。」
Oleh sebab itu, para bhikṣu, berupayalah agar berhasil dalam Jalan Suci Berunsur Delapan.”
「如是!諸比丘。當作是學。」
“Demikianlah, para bhikṣu, yang harus kalian pelajari.”
爾時,諸比丘聞佛所說,歡喜奉行。
Pada saat para bhikṣu mendengar apa yang disabdakan Buddha, dengan gembira mereka melaksanakannya.
—— Ekottara Āgama, Kelompok Delapan.
Sūtra ke-6 dari varga XLIII, “Putra Dewa Rohitāśva” (馬血天子品).
Padanan Pāli: MN 34 ([Cūla] Gopālaka Sutta).
Sūtra ke-6 dari varga XLIII, “Putra Dewa Rohitāśva” (馬血天子品).
Padanan Pāli: MN 34 ([Cūla] Gopālaka Sutta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar